Minggu, 29 April 2012

Proses Pembuatan Emping Melinjo


EMPING MELINJO

Emping melinjo adalah sejenis keripik yang dibuat dari buah melinjo yang telah tua. Pembuatan emping tidak sulit dan dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana. Emping melinjo merupakan salah satu komoditi pengolahan hasil pertanian yang tinggi harganya. Komoditi ini dapat diekspor ke negara-negara tetangga (Singapura, Malaysia dan Brunei). Emping melinjo dapat dibagi digolongkan sebagai emping tipis dan emping tebal. Emping tipis dibuat dengan memukul biji melinjo tanpa kulit keras beberapa kali sampai cukup tipis (tebal 0,5-1,5 mm). Emping tebal dibuat dengan memukul biji melinjo tanpa kulit keras hanya 1-2 kali sekedar mengurangi ketebalan biji utuh. Emping nyang bermutu tinggi adalah emping yang tipis sehingga kelihatan agak benig dengan diameter seragam kering sehingga dapat digoreng langsung. Emping dengan mutu yang lebih rendah mempunyai ciri: Lebih tebal, diameter kurang seragam, dan kadang-kadang masih harus dijemur sebelum digoreng. Sampai sekarang, pembuatan emping yang bermutu tinggi masih belum dapat dilakukan dengan bantuan alat mekanis pemipih. Emping ini masih harus dipipihkan secara manual oleh pengrajin emping yang telah berpengalaman.

A.   Jenis-jenis melinjo
1.     Melinjo Muda dalam pembuatan emping kurang baik
2.     Melinjo Tua dan sehat baik untuk pembuatan emping

B.   Peralatan Yang Digunakan Dalam Pembuatan Emping Melinjo
1.     Wajan dan pengaduk, untuk menyangrai melinjo yang masih bercangkang
2.     landasan dan batu untuk pemecah cangkang melinjo
3.     Cobek tanah dan anglo kecil, untuk tampungan sementara melinjo tidak bercangkang agar tetap hangat sehingga tidak keras waktu dipipihkan.
4.     Landasan pemipih dan pemukul. Alat ini digunakan untuk memipihkan biji melinjo pada pengolahan tradisional. Landasan pemipih dapat berupa kayu glugu (batang kelapa) atau batu keras yang licin dan datar. Pemukul juga dapat terbuat dari batu, besi atau kayu.
5.     Lempengan alumunium untuk melepaskan emping basah dari landasan pemipih.
6.     Tempat menjemur emping yang biasanya terbuat dari bambu.

C.   Proses Pembuatan Emping Melinjo Berkualitas
1.     Pemilihan melinjo yang tua dan sehat yang sudah dikuliti.
2.     Melinjo bercangkang sedikit demi sedikit di sangrai dalam wajan, setelah mencapai panas tertentu melinjo di angkat dan dipindahkan ketempat landasan, lalu digilas dengan batu pengilas (gerakan seperti mengulek) agar cangkang lepas.
3.     Melinjo tanpa cankang dipindah ke cobek yang dipanaskan dengan bara api kecil agar tetap hangat, tidak keras dan mudah dipipihkan.
4.     Melinjo tanpa cankang harus segera dipipihkan sampai benar-benar tipis di atas batu landasan atau kayu landasan dengan menggunakan lempengan alumunium diatas anyaman bamboo.

D.   Hasil Pembuatan Emping Melinjo
1.     Emping Tebal
Emping tebal dihasilkan dengan memukul melinjo tanpa cangkang 1 s.d 2 kali pukulan. Warna kuning agak gelap dengan tingkat ketebalan dan kekeringan antara emping yang satu berbeda, sehingga sebelum digoreng harus dilakukan penjemuran terlebih dahulu. Namun terkadang tidak mengembang  sempurna saat digoreng.

 2.     Emping Tipis
Sedangkan emping tipis diperoleh dengan memukul melinjo tanpa cangkang beberapa kali hingga ketebalan tertentu, biasanya antara 0,5-1,5 mm. Warna kekuningan agak bening dengan tingkat ketebalan dan kekeringan yang seragam. Jika digoreng akan mengembang dengan baik.

E.   Proses Sortir Emping Melinjo
Emping yang sudah selesai dijemur harus benar-benar kering, dan setelah itu dilakukan penyortiran.  Hasil yang baik di pisahkan dan siap untuk di pack.

F.    Proses Packaging Emping Melinjo
Emping yang sudah di sortir kemudian di pack dengan menggunakan pembungkus plastik yang sudah di beri label dan di fress dengan rapi.
Setelah proses packaging selesai maka emping siap untuk di pasarkan.

BUDIDAYA PENGGEMUKAN SAPI POTONG


BUDIDAYA PENGGEMUKAN SAPI POTONG
LM3 “AN-NAWAWIYAH”


A.     Pendahuluan
Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya modern. LM3 An-Nawawiyah dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu budidaya penggemukan sapi potong baik untuk skala usaha besar maupun kecil.

B.    Penggemukan
Penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan).
Beberapa hal yang berkaitan dengan usaha penggemukan sapi potong adalah :
1.    Jenis-jenis Sapi Potong.
Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :
a.    Sapi Bali.
Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru.
b.    Sapi Ongole.
Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.

c.    Sapi Brahman.
Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.
d.    Sapi Madura.
Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan rendah.
e.    Sapi Limousin.
Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik.
2.    Pemilihan Bakalan.
Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Ciri-ciri bakalan yang baik adalah :
a.      Berumur  1 sampai 2,5 tahun.
b.      Jenis kelamin jantan.
c.       Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm.
d.      Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena kurang pakan, bukan karena sakit).
e.      Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus.
f.        Kotoran normal

C.     Tatalaksana Pemeliharaan.
1.    Perkandangan.
Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan.
2.    Pakan.
Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen.
Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.
Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar. Pakan hijauan yang berkualitas rendah mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim pencernaan.
3.    Pengendalian Penyakit.
Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah :
a.    Pemanfaatan kandang karantina.
Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.
b.    Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya.
Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.
c.    Vaksinasi untuk bakalan baru.
Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax. Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.

D.      Produksi Daging.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah :
1.    Pakan.
Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian Vitamin akan memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.
 2.    Faktor Genetik.
Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.
3.    Jenis Kelamin.
Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.
4.    Manajemen.
Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat.

Foto Kegiatan Produksi LM3



LM3 Ditjen PPHP


Profil LM3 Ponpes An-Nawawiyah


P  R  O  F  I  L
LM3 PONDOK PESANTREN DAN PERGURUAN
“ A N – N A W A W I Y A H “
KAWUNGGIRANG – MAJALENGKA

A. LATAR BELAKANG
Bermula berupa bangunan musholla yang dibangun oleh Almarhum Bapak H. Abdussalam (meninggal tanggal 02 Juli 1950) yang difungsikan sebagai tempat pengajian anak-anak.
Pengajian sempat terhenti pada masa revolusi untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, karena keamanan dan kekosongan tenaga pengajar dan putra-putri Bapak H. Abdussalam yang dapat diandalkan saat itu meninggal mendahului beliau.
Pada tahun 1968 pengajian anak-anak dirintis kembali oleh Bapak H. Abdul Fattah H.S. (almarhum) yang waktu itu masih menjabat Kepala Desa Kawunggirang. Adapun tenaga pengajarnya adalah K.H. Anwar Yusuf atas bimbingan K.H. Ahmad Nawawi (meninggal pada tanggal 02 Juli 1975) yang juga putra Bapak H. Abdussalam.
Dalam rangka membina kehidupan beragama dan pengembangan pengajian agama, maka dibuka pengajian routin / majlis ta’lim.
Pada tahun 1976 dibuka Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang mula-mula menumpang di Gedung SDN Kawunggirang, yang selanjutnya pada tahun 1977 dibangun Gedung Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang permanen dengan Kepala Madarasah yang pertama yaitu Drs. H.Z. Abidin Hasbari.
Pada tahun 1983 dalam rangka menampung hasrat masyarakat terhadap pembinaan akhlaqul karimah bagi anak-anak generasi muda penerus bangsa, maka dibangunlah pondok pesantren khusus untuk santri putra dan pada tahun 1986 dibangun asrama untuk santri putri.
Dalam rangka membenahi organisasi penyelenggara yang bergerak dalam bidang pendidikan, maka dibentuk yayasan yang berbadan hukum, terdaftar pada notaris Ahmad Suseno, SH di Majalengka dengan akta notaris nomor : 08 tahun 1986 tanggal 24 Juni 1986 dengan nama YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM ‘DARUSSALAM’.
Pada tahun 1986 dibuka Madrasah Diniyah Awaliyah untuk menampung siswa SD dalam rangka memperdalam pendidikan agama yang telah diberikan di SD.
Pada Tahun Ajaran 1990/1991 dibuka Madrasah Aliyah (MA) dengan menggunakan bangunan baru yang diresmikan oleh Bupati Kabupaten Majalengka Drs. H. Moch. Djufri Pringadi, SH (almarhum) pada tanggal 28 September 1992. Selanjutnya, Madrasah Aliyah pindah ke bangunan baru yang terletak di pinggir jalan raya, dibangun di atas tanah wakaf dari Ibu Hj. Neneng Siti Murbiyah bt Hj. Uswaci bt Sastrawijaya bin H. Abdurrauf bin Embah Raksawijaya.
Pada Tahun Pelajaran 1998/1999 dibuka pendidikan anak Pra Sekolah Raudhatul Athfal (RA). Pada 18 Desember 2000 didirikan LM3 An-Nawawiyah yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dengan kegiatan peningkatan gerakan moral melalui kegiatan pendidikan dan keterampilan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pada tahun 2006 dibuka Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

B. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Kegiatan pendidikan dipolakan dalam pendidikan formal dan non formal atau pendidikan sekolah dan luar sekolah.
Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan formal dibuka :
1.    Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
2.    Raudhatul Athfat (RA) – setingkat TK
3.    Madrasah Diniyah
4.    Madrasah Tsanawiyah (MTs) – setingkat SMP
5.    Madrasah Aliyah (MA) – setingkat SMA dengan menggunakan Kurikulum Departemen Agama ditambah muatan lokal berupa pendalaman ilmu-ilmu agama, antara lain Bahasa Arab dan Pengajian Kitab Kuning.
Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan agama di Pondok Pesantren dengan tema sentral :
1.    Pelajaran ilmu-ilmu agama dan ilmu alat (Bahasa Arab) dengan mempelajari kitab-kitab kuning dengan metoda sorogan, balaghan mudzakarah.
2.    Pendidikan Al-Qur’an meliputi Qiroat, Tahfidz, Tafsir, dan Khot.
3.    Pengembangan pendidikan keterampilan dalam rangka membekali siswa-siswi serta santri untuk dapat hidup mandiri dan berwiraswasta berupa keterampilan jahit-menjahit, memasak, dan menyulam bagi santri putri serta elektronik dan pertanian bagi santri putra.

C. FASILITAS
1.    Lokasi pendidikan di atas tanah wakaf keluarga Bapak K.H. Ahmad Nawawi dan Ibu Hj. Neneng Siti Murbiyah terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan Majalengka – Maja – Cikijing.
2.    Ruang belajar yang permanen.
3.    Tersedia asrama / pemondokan putra-putri yang refresentatif.
4.    Dibina oleh tenaga pengajar profesional alumni Perguruan Tinggi Agama, Perguruan Tinggi Umum, dan Pondok Pesantren.
5.    Biaya Pemondokan relatif murah dan terarah.

D. STATUS MADRASAH
1.    Madrasah Tsanawiyah (MTs) dengan status terakreditasi, sehingga dapat menyelenggarakan Ujian Nasional Mandiri sama dengan Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN).
2.    Madrasah Aliyah (MA) dengan status terakreditasi, sehingga dapat menyelenggarakan Ujian Nasional Mandiri sama dengan Madrasah Aliyah Negeri (MAN).

E. PIMPINAN LEMBAGA
1.    Pimpinan Pondok Pesantren dan Perguruan :       Drs. K.H.Z.A. HASBARI
2.    Pengasuh Pondok Pesantren                                        :       Drs. H. ASEP SAHIDIN S., M.Pd.
3.    Kepala Madrasah Aliyah (MA)                                        :       Drs. H. ASEP SAHIDIN S., M.Pd.
4.    Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs)                            :       Dra.YETTY PUPAYATI
5.    Kepala Madrasah Diniyah (MD)                         :       S  A  K  I  M,  S.Ag.
6.    Kepala Raudhatul Athfal (RA)                                        :       Dra.YETTY PUPAYATI
7.    Kepala Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)                :       Dra.YETTY PUPAYATI
8.    LM3                                                                          :       Drs. H. ASEP SAHIDIN S., M.Pd.
9.    PSAA                                                                       :       Drs. H. ASEP SAHIDIN S., M.Pd.

F. KEADAAN SANTRI/MURID/SISWA
Keadaan santri/murid/siswa yang ada di Lembaga Pendidikan An-Nawawiyah, dapat dilihat pada table di bawah ini :
LEMBAGA
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
PONPES
95
104
199
RA
16
15
31
PAUD
19
21
40
MD
50
48
98
MTs
99
105
204
MA
88
99
187
JUMLAH
367
392
759
 
G. PONDOK PESANTREN AN-NAWAWIYAH SEBAGAI 
    LEMBAGA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS
Pondok Pesanten An-Nawawiyah adalah Lembaga pendidikan keagamaan yang memiliki sifat kemandirian yang sangat kuat untuk tidak bergantung padalembaga lain, maka Pesantren harus dapat memenuhi kebutuhannya sendiri baik dalam pemenuhan sarana dan prasarana maupun dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari karena itu Pesantren berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan melakukan kegiatan pengembangan agribisnis untuk memberikan keterampilan dan keahlian kepada para santrinya dan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonominya ketika kembali hidup di tengah-tengah masyarakat maupun pada saat di Pondok pesantren, karena hampir mayoritas santri lebih banyak menghabiskan waktu pendidikannya dan pengabdiannya kepada pesantren, sehingga pesantren merasa berkewajban untuk memberikan bekal keterampilan kepada parasantrinya an menumbuhkan jiwa kewirausahaan.
Pada saat ini agribisnis yang dilakukan di Pondok Pesantren An-Nawawiyah hanya sebatas pada pertanian padi seluas 1 hektar, emping melinjo 4 hektar, ubi jalar 2 hektar, dan penggemukan kambing sebanyak 42 ekor yang juga belum memberikan hasil yang memadai,namun karena kebutuhannya untuk peningkatan kesejahteraan pesantren dan sebagai alat peningkatan keterampilan para santri, maka usaha ini diharapkan dapat ditingkatkan dengan bantuan lembaga yang lain.

H. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR PESANTREN
Di dalam kegiatan agribisnis yang dlakukan pesantren An-Nawawiyah disamping memberikan kemandirian pesantren untuk menghidupi diri sendiri dan peningkatan keterampilan para santri, juga memberikan konstribusi pada tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar pesantren, karena pengelolaan kegiatan agribisnis juga membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak dan dapat dipenuhi oleh masyarakat sekitar pesantren serta sebagai mitra bisnis. Disamping itu, masyarakat di sekitar pesantren dapat belajar dari apa yang dilakukan oleh pesantren dalam melakukan pengembangan agribisnis dan teknologi pertanian.
Kegiatan keagamaan dan agribisnis yang dilakukan pesantren selalu berdampak positif terhadap masyarakat sekitar pesantren, karena selama ini pesantren secara terus menerus melakukan pemberdayaan di tengah-tengah masyarakat, baik dari segi pendidikan Agama Islam maupun upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan upaya kerjasama dan kebutuhan tenaga kerja dalam kegiatan usaha agribisnis pesantren, oleh karena demikian di wilayah pondok pesantren kami sudah terjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan masyarakat sekitar dalam hal tersebut di atas yang akan terus dijalankan dan dikembangkan.
I. RENCANA PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS
Rencana pengembangan usaha agribisnis di Pondok Pesantren An-Nawawiyah yaitu :
1.  Usaha emping melinjo. Untuk potensi pasar sangat luas, sehingga perlu pengembangan volume usahanya.
2.  Memperbesar modal untuk pembelian bahan baku emping melinjo ke luar daerah dan sebagainya.
3.  Pembuatan rumah produksi 

J. PROSPEK PASAR
Pada dasarnya produk emping melinjo ini sudah sangat terkenal sejak dulu, dan sudah menjadi industri kecil yang membudaya bagi sebagian besar masyarakat/ penduduk di kabupaten Majalengka. Hal ini ditunjang oleh kultur masyarakat yang agraris, ketersediaan bahan baku yang melimpah ditambah sumber daya manusianya yang cukup potensial.
Peluang pasar dari produk emping melinjo sampai saat ini cukup bagus dan masih sangat terbuka luas. Pangsa pasarnya selama ini belum tergarap secara utuh. Apalagi untuk peluang pasar ekspor. Selama ini para pengusaha emping tersebut banyak mendrop produknya ke berbagai kota besar di seluruh Indonesia, khususnya seluruh pulau Jawa. Karena emping melinjo in dapat diterima dan digemari oleh berbagai kalangan dan struktur masyarakat, maka peluang pasarpun semakin terbuka.
Pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh Pondok Pesantren An-Nawawiyah saat ini sudah lancar dan jika dikembangkan lebih luas lagi pasar masih sangat terbuka dengan dasar hasil survey obrolan dengan pelaku pasar yang selama ini bekerjasama dengan pihak Pondok Pesantren.
Daerah pemasaran meliputi Kabupaten Majalengka, seperti yang sudah dilaksanakan. Sedangkan  rencana  usaha  yang  belum  dilaksanakan
adalah : jambu batu merah, daerahnya meliputi Majalengka, Bandung, Bekasi, dan Jakarta.
Demikian prospek pasar itu yang pada dasarnya potensi pasar masih sangat terbuka dan kami siap berkompetisi secara sehat.


VISI DAN MISI
LEMBAGA MANDIRI YANG MENGAKAR DI MASYARAKAT (LM3)
“AN-NAWAWIYAH”
KAWUNGGIRANG – MAJALENGKA



I.       VISI
“Menjadi LM3 Terpercaya dan berkompeten untuk mencetak SDM yang Kreatif, Inovatif dan Profesional”.
II.      MISI
  1. Meningkatkan Kualitas Rencana Program, Pemantauan, Evaluasi, Pelaporan, dan  Pengendalian
  2. Meningkatkan Kualitas Pelaksanaan Kerjasama, Jejaring Kerja, dan Sistem Informasi.
  3. Meningkatkan Pendayagunaan Fasilitas Kelembagaan LM3.
  4. Meningkatkan Kompetensi Ketenagaan LM3.
  5. Meningkatkan Kualitas Pelaksanaan Sistem, Prosedur dan Norma LM3 serta Pengembangan Teknik Pelatihan Teknis, Fungsional, Mekanisasi dan Kewirausahaan
  6. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Konsultasi Agribisnis dan Pengembangan Pola/Model Pelatihan Teknis dan Kewirausahaan.
  7. Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Administrasi dan Manajemen LM

SUSUNAN PENGURUS
LEMBAGA MANDIRI YANG MENGAKAR DI MASYARAKAT (LM3)
“AN-NAWAWIYAH”
KAWUNGGIRANG – MAJALENGKA
 
1.
KETUA
:
Drs. H. ASEP SAHIDIN S, M.Pd
2.
MANAGER
:
ASEP QUSTOLANI, SE, MM
3.
SEKRETARIS
:
TEDDY MAULANA HS, S.Sos., M.Pd.
4.
BENDAHARA
:
YAYAH SOBHARIYAH
5.
ADMINISTRASI TEKNIK
:
UCU MUHAMMAD AFIF, S.Pd, M.Pd
6.
BIDANG – BIDANG


6.1
BIDANG EMPING
:
Dra.YETTY PUPAYATI
6.2
BIDANG SAPI
:
ASEP QUSTOLANI, SE, MM